Kamis, 27 Mei 2021

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA (Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak)

Mei 27, 2021 0 Comments

 




Sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, hal yang tak kalah penting untuk dikuasai adalah pengelolaan sumber daya sekolah. Guna mendapatkan hasil efektif dan efisien, perlu adanya perubahan pendekatan dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Selama ini kita lebih sering menggunakan pendekatan berbasis /kekurangan/masalah (Deficit-based Thinking). Dalam membuat program sekolah tak jarang kita berangkat dari kekurangan-kekurangan dan masalah yang akan dihadapi. Hal ini menyebabkan kita memusatkan perhatian pada apa yang kurang, apa yang mengganggu, apa yang tidak bekerja. Alhasil kita melihat segala sesuata dari sudut pandang negatif hingga tak melihat potensi dan kelebihan yang ada pada sekolah kita.

Akan lebih baik jika kita mulai menggunakan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) dalam memulai suatu program sekolah. Dengan pendekatan berbasis aset ini, kita diajak untuk mengidentifikasi potensi dan hal-hal positif yang ada di sekolah untuk dijadikan sumber daya dalam pengembangan sekolah.

Jika sekolah kita pandang sebagai suatu komunitas maka unsur biotik atau unsur hidupnya adalah murid, guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan karyawan lainnya. Sedangkan unsur abiotic atau unsur tak hidupnya adalah sumber finansial serta sarana dan prasarana. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikenal juga dengan istilah Asset Based Community Development (ABCD), menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Sehingga komunitas tersebut, dalam hal ini komunitas sekolah, mampu mandiri dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki.

Dalam Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) terdapat 7 aset utama yang dapat dijadikan modal dan sumber daya dalam usaha untuk perbaikan komunitas sekolah tersebut:

  1. Modal Manusia, yakni sumber daya manusia yang menjadi aset individu yang ada di sekolah dan dapat juga berupa kecakapan yang dimiliki seseorang dalam hal kepemimpinan, komunikasi, kewirausahaan, dan lain-lain.
  2. Modal Sosial, yakni norma aatau peraturan yang mengikat yang mengatur perilaku warga di komunitas sekolah.
  3. Modal Fisik, yakni bangunan fisik sekolah serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
  4. Modal Lingkungan/Alam, yakni potensi alam yang belum diolah dan tanah untuk berkebun, hasil dari pohon,  serta sisa material bangunan yang masih dapat digunakan kembali.
  5. Modal Finansial, yakni sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiaya I suatu program pengembangan sekolah.
  6. Modal Politik, yakni keterlibatan sosial dan Lembaga pemerintah.
  7. Modal Agama dan Budaya, yakni modal yang menjadi landasan untuk mengintegrasikan perilaku individu dalam komunitas yang menghasilkan individu-individu yang bermoral, berempati dan berkasih sayang pada sesama.

Pendekatan berbasis aset dalam mengelola sumber daya yang ada di kelas misalnya mengubah posisi benda-benda yang ada di kelas agar kelas menjadi lebih menarik dan tidak monoton, memanfaatkan benda-benda yang mudah didapat untuk membuat dekorasi kelas, memanfaatkan bakat melukis siswa untuk membuat lukisan di dinding kelas. Implementasi pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset di lingkup sekolah juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kayu dari pohon yang ada di sekolah untuk bangku taman dan tanaman hias dengan menambahkan bunga artifisial, memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekolah untuk menanam tanaman hortikultura seperti sayuran, mentimun, tomat dan lain-lain, juga menanam tanaman hias serta tanaman obat. Sedangkan implementasinya di lingkup masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal ini murid dan guru dalam kegiatan kebersihan lingkungan masyarakat sekitar sekolah, membuat grafiti untuk memperindah kampung/daerah sekitar sekolah.

Pengelolaan sumber daya seperti pada contoh-contoh di atas akan menjadikan proses pembelajaran murid lebih bermakna dan berkualitas. Sebab murid juga berpartisipasi langsung dalam setiap kegiatan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang ada di sekolah dalam usaha untuk pengembangan sekolah. Murid semakin merasa ikut memiliki sekolah dan bukan hanya sekedar menjadi tempat melakukan rutinitas tanpa makna.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya harus terlebih dahulu mengubah paradigmanya tentang pendidikan. Bahwa pendidikan bertujuan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan murid di masa depannya kelak, menjadi dasar untuk melakukan pengembangan sekolah dengan mengelola sumber daya yang ada. Pratap Triloka juga menjadi dasar pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, di mana guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memposisikan dirinya pada posisi yang tepat sesuai kebutuhan.

Nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid harus benar-benar dipatrikan dalam diri pada pengelolaan sumber daya sekolah untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Nilai mandiri menjadi faktor penting dalam mengelola sumber daya dengan pendekatan berbasis aset agar tidak mudah putus asa dan terlalu mengharapkan bantuan dari luar. Nilai reflektif menjadi hal wajib agar mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan dari program pengelolaan sumber daya yang telah dilakukan. Nilai kolaborasi juga menjadi sangat penting sebab kita perlu berkolaborasi dengan pihak-pihak yang memliki aset bernilai agar program yang dibuat dalam terlaksana dengan optimal. Nilai inovatif juga menjadi nilai yang tak kalah penting guna menemukan hal-hal baru dalam pengelolaan sumber daya untuk pengembangan sekolah. Dan yang paling penting segala usaha yang dilakukan dalam pengelolaan sumber daya adalah untuk mencapai pembelajaran yang berpihak pada murid.

Kemampuan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya menjadi kompetensi yang mumpuni dalam menjalan misi guru penggerak untuk mencapai visi yang tujuan akhirnya adalah tercapainya merdeka belajar. Pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber daya dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah merupakan budaya positif yang akan menjadi jati diri setiap anggota komunitas sekolah.

Pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset juga bermanfaat saat melakukan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional serta kegiatan coaching yang bertujuan untuk menempa sumber daya manusia yang ada di sekolah untuk memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya. Bahan dan alat yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosianal dapat dimanfaatkan dari sumber daya yang ada.

Sebelum mempelajari modul 3.3 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, sering kali saya lebih memusatkan perhatian pada hal-hal yang kurang, apa yang tidak berjalan semestinya, lebih banyak perhatian pada siswa bermasalah. Akibatnya hal-hal positif yang ada selama proses pembelajaran menjadi tak tampak, siswa yang tak bermasalah menjadi terabaikan dan tak dimanfaatkan potensinya. Dalam usaha pengembangan sekolah saya sering kali pesimis sebab lebih focus ke hal-hal negative hingga menganggap usaha pengembangan menjadi hal yang sulit dilakukan.

Setelah mempelajari modul tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, saya menyadari bahwa yang saya lakukan selama ini perlu diubah. Dalam modul ini saya belajar pendekatan berbasis aset memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah dalam melakukan program sekolah sebagai usaha pengembangan sekolah. Saya memulai dengan mengidentifikasi 7 aset utama yang ada pada sekolah. Hasil identifikasi ini nantinya akan menjadi dasar perencanaan program yang memanfaatkan pengelolaan sumber daya, potensi dan kekuatan yang ada di sekolah. Melalui modul ini juga, saya mulai menjadikan hal-hal positif menjadi tumpuan berpikir dan berpikir kreatif dan inovatif untuk dapat membuat program pengembangan sekolah dengan memanfaatkan potensi/aset yang ada.

Kamis, 11 Maret 2021

Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif

Maret 11, 2021 0 Comments

 


Mewujudkan Opung Sari (Operasi Pungut Sampah Setiap Hari)

Menjadi Budaya Positif di SMPN 2 Tanjung Morawa

 

A.     Latar belakang

Opung Sari merupakan salah satu program brilian Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang yang telah disosialisasikan hingga ke sekolah-sekolah yang ada di kabu[aten Deli Serdang. Begitu juga di SMPN 2 Tanjung Morawa. Pada masa-masa awal setelah sosialisasi, para siswa tertib melaksanakan kegiatan baik ini. Bisa dikatakan seluruh siswa patuh melaksanakannya, baik saat dalam pantauan guru maupun saat guru tidak ada. Namun seiring berjalannya waktu, kebiasaan baik ini dirasakan mulai berkurang terutama pada siswa baru. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan kegiatan pengenalan sekolah di awal tahun ajaran baru yang lalu dilaksanakan saat pandemic masih berlangsung. Sehingga beberapa agenda tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Tak hanya para siswa baru, ternyata siswa-siswi kelas 8 dan 9 juga terlihat mulai melupakan Opung Sari. Terlihat dari saat para siswa mengantarkan tugas ke sekolah. Hasil pantauan para guru, sebagian siswa membiarkan saja sampah yang tergeletak di depan mereka atau di jalan yang mereka lalui. Pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan siswa tidak berada di sekolah seperti biasa, ditengarai menjadi salah satu penyebabnya.

Untuk itu, rasanya perlu untuk mengadakan penguatan program Opung Sari bagi para siswa dan seluruh warga sekolah agar Opung Sari dilaksanakan kembali dengan disiplin dan menjadi salah satu budaya positif di SMPN 2 Tanjung Morawa.

 

B.      Deskripsi Aksi Nyata

Pada Rencana Aksi, Saya merencanakan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1.   Berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di sekolah.

2.   Melakukan refleksi tentang pelaksanaan program OPUNG SARI BASAH BANG yang telah dilakukan.

3.   Mengadakan sosialisasi penguatan program OPUNG SARI BASAH BANG, terutama kegiatan operasi pungut sampah.

4.   Membuat lomba siswa membuat vlog tentang himbauan operasi pungut sampah di sekolah dan di manapun berada.

5.   Membuat lomba disain poster tentang operasi pungut sampah.

6.   Memajang poster hasil karya siswa di tempat strategis di sekolah.

7.   Melakukan kontrol pengawasan selama 1 bulan pertama hingga pungut sampah benar-benar membudaya di SMPN 2 Tanjung Morawa.

 

Dalam pelaksanaannya, telah dilakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah serta guru, pegawai dan juga petugas kebersihan sekolah. Dalam koordinasi ini turut juga dilakukan refleksi tentang pelaksanaan program OPUNG SARI yang telah dilakukan. Dari hasil refleksi disimpulkan bahwa memang perlu diadakan penguatan kembali Program OPUNG SARI kepada seluruh siswa. Sosialisasi penguatan program yang direncanakan melalui video konferensi ternyata tidak dapat dilaksanakan. Sebagai gantinya, guru wali kelas dan guru mata pelajaran yang mengingatkan tentang OPUNG SARI di sela-sela kegiatan pembelajaran jarak jauh setiap harinya. Cara ini dirasakan lebih efektif sebab guru wali kelas dan guru mata pelajaran berinteraksi dengan para siswa setiap hari.

Dalam pembicaraan dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah didapat juga informasi tentang slogan LISA (Liat Sampah Ambil). Slogan ini juga bukan hal baru bagi siswa kelas 8 dan kelas 9. Namun, bagi siswa kelas 7 mungkin masih belum terlalu familiar. Maka disepakati bahwa penguatan OPUNG SARI dan LISA harus lebih maksimal untuk siswa kelas 7.

Dilatar belakangi tren remaja saat ini, sosialisasi melalui vlog dan poster dianggap sangat efektif. Para siswa sangat senang bisa tampil dalam vlog. Demikian pula mereka senang mengutak atik aplikasi Canva untuk membuat poster. Namun disebabkan keterbatasan interaksi dengan siswa di masa pandemi, serta banyaknya siswa yang kewalahan dengan tugas PJJ, maka vlog dibuat namun tidak diperlombakan. Siswa yang memiliki waktu luang dan berminat saja yang membuat vlog tentang sosialisasi penguatan OPUNG SARI dan membuat poster ataupun komik tentang menjaga kebersihan sekolah.

C.      Hasil Aksi Nyata

Dalam kegiatan ini didapatkan beberapa vlog, poster dan komik dari para siswa tentang sosialisasi penguatan program OPUNG SARI untuk menjadi budaya positif sekolah dan ajakan menjaga kebersihan sekolah. Vlog, poster dan komik para siswa dipublikasikan di media sosial sekolah (YouTube dan Facebook). Hasil pantauan setelah sosialisasi penguatan program OPUNG SARI yang dilakukan para guru wali kelas dan guru mata pelajaran, siswa kelas 8 dan kelas 9 kembali tertib melaksanakan OPUNG SARI. Siswa kelas 7 mulai membiasakan diri dengan aksi positif ini.  

D.     Pembelajaran dari Aksi Nyata

Dari kegiatan Aksi Nyata yang dilakukan, ternyata tidak semua yang direncanakan dapat dilaksanakan. Beberapa hal besar yang dianggap akan menumbuhkan jiwa kompetisi dan kreatifitas siswa batal dilakukan disebabkan oleh berbagai keterbatasan.

Vlog hasil karya siswa sudah lumayan bagus. Namun, agar semakin menarik perlu dilakukan editing yang ternyata memakan waktu yang lumayan lama. Sebagian siswa yang berpartisipasi bisa tampil natural di vlog. Namun, sebagian lagi masih agak kaku dan kurang rileks. Hal memang bukan masalah besar. Dari vlog pertama ini, mereka akan belajar dan akan semakin piawai dalam ber-vlog ria.

 

E.      Rencana Perbaikan

Untuk Aksi Nyata berikutnya, sebaiknya tidak merencakan terlalu banyak kegiatan. Akan lebih baik jika kegiatan yang sederhana namun focus dan hasilnya bagus. Terlalu banyak kegiatan sebagai aksi nyata ternyata memakan waktu cukup lama. Terkadang menyebabkan malah tidak fokus ke tujuan sebenarnya.

F.      Dokumentasi Proses dan hasil Pelaksanaan


Link video 1: Klik disini

Link video 2 : Klik di sini






Kamis, 04 Maret 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Maret 04, 2021 3 Comments


 


 










Pembelajaran Sosial dan Emosional

 

Tantangan terbesar guru saat ini dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik adalah membentuk karakter unggul generasi bangsa. Inovasi teknologi yang begitu gencar memberi pengaruh yang sangat besar pada kepribadian murid. Jika tidak ada kontrol sosial dan emosional bisa dibayangkan betapa menyedihkan kelak kehidupan mereka di masa depan. Kita melihat fenomena yang terjadi saat ini, seperti tingginya tingkat kriminalitas remaja yang bahkan sangat sadis, dekadensi moral, masalah etika dan sopan santun termasuk berkurangnya rasa hormat pada orang tua dan guru. Maka PSE menjadi hal yang sangat mendesak untuk dioptimalkan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Elias, dkk (dalam Hadi, 2011) Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah “the process through which children and adults develop the skills, attitudes, and values necessary to acquire social and emotional competence”. Proses dimana anak-anak dan orang dewasa mengembangkan keterampilan-keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional.

Dengan demikian diharapkan hal ini akan meminimalisir hal-hal negatif pada anak dan menumbuh kembangkan hal positif yang ada pada diri mereka seperti yang tertuang pada filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

 

 Kompetensi Sosial dan Emosional

Dalam PSE, murid diajarkan lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE). Mereka belajar mengenali dan mengelola emosi, berempati pada orang lain, kuat bertahan saat menghadapi saat-saat sulit, memecahkan masalah dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

  • Kesadaran diri (self awareness) berkaitan dengan mengenali emosi. Dengan kesadaran diri, murid akan mampu mengekspresikan emosi mana yang bermanfaat dalam berinteraksi dengan orang lain.
  • Pengelolaan diri (Self management) berkaitan dengan pengelolaan emosi dan fokus. Dengan dengan banyaknya tugas sekolah dan juga gangguan dari luar, maka kemampuan mengelola fokus menjadi sangat penting untuk dimiliki murid.
  • Kesadaran diri (Social awareness) berkaitan dengan keterampilan berempati. Empati berarti memahami perasaan orang lain. Dengan demikian murid menjadi lebih peka.
  • Keterampilan berhubungan sosial (Relationship management) berkaitan dengan daya lenting atau resiliensi. Kemampuan ini membekali anak pertahanan yang kuat saat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam interaksi sosial.
  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Responsible decision making) berkaitan dengan menerima segala konsekuensi positif maupun negatif atas keputusan yang diambil.

  


"Mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional di kelas,tidak hanya akan berpotensi menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik, namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi siswa untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik."

(CASEL.ORG)

 

Penutup

 

Selain Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) juga perlu disertakan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. Murid dibekali dengan kompetensi sosial dan emosional agar ia kelak dapat menjadi pribadi yang baik saat berinteraksi dengan siapapun. KSE memaksimalkan potensi-potensi positif murid untuk menjadi budaya positif yang diterapkan murid dalam kehidupannya sehari-hari. Nilai dan peran guru di sini menjadi sangat penting dalam mewujudkan visi menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada murid demi mengantarkan mereka menuju kesuksesan di masa depan.

 

"Teachers are committed to giving a great educational experience to prepare every student for the future. "

 


Referensi

 

  • Bahan Ajar Modul “Pembelajaran Sosial & Emosional” Program Pendidikan Guru Penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Pembelajaran Sosial Emosional Sebagai Dasar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. (Syamsul Hadi , Jurnal Teknodik Vol. XV, Nomor 2, Desember 2011 2011)

 

Contoh RPP berdiferensiasi dengan teknik pembelajaran kompetensi sosial dan emosional


Jumat, 27 November 2020

KESEPAKATAN KELAS LANGKAH AWAL MERDEKA BELAJAR

November 27, 2020 0 Comments

 

Berikut adalah laporan Aksi Nyata untuk Modul 1.2 Nilai dan peran Guru Penggerak

A.      Latar belakang

Setelah merefleksi pembelajaran jarak jauh dengan metode daring yang telah dilakukan, diketahui bahwa masih banyak murid yang belum dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Di samping itu, murid yang sudah ikut serta dalam pembelajaran jarak jauh masih ada yang mengikuti pembelajaran di bawah 50% dari seluruh kegiatan. Akibatnya tujuan pembelajaran sering tidak tercapai. Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas. Mereka hanya terfokus pada ulangan-ulangan saja. Nilai UH dan PTS cukup rendah sebab mereka jarang bahkan tidak pernah mengikuti PJJ dan mengerjakan soal latihan.

B.      Deskripsi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata diawali dengan merekapitulasi nama-nama siswa yang jarang dan tidak pernah mengikuti pembelajaran dan mengumpulkan tugas. Hasil rekapitulasi dikonsultasikan  dengan wali kelas dan orang tua/wali murid. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi mencari pemecahan masalah. Lalu, Bersama wali kelas dan orang tua/wali murid membuat kesepakatan untuk pembelajaran berikutnya berdasarkan dari hasil diskusi.

Selanjutnya berdiskusi dengan murid untuk membuat kesepakatan kelas melalui platform Microsoft Forms. Murid diminta berkomitmen untuk melaksanakan hasil kesepakatan kelas dengan penuh tanggung jawab. Umpan balik terhadap tugas-tugas dan kektifan siswa dalam pembelajaran semakin intens dilakukan. Hal ini diharapkan akan berdampak positif pada murid. Mereka mereka akan senang sebab hasil kerja mereka diapresiasi. Refleksi setelah pembelajaran juga diharapkan akan membantu siswa menjawab kendala-kendala yang mereka hadapi selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini juga akan membantu guru untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

C.      Hasil Aksi Nyata

Pada pelaksanaan aksi nyata didapat jawaban-jawaban siswa  tentang hal yang tidak mereka senangi dan kendala-kendala yang mereka hadapi dalam pembelajaran jarak jauh. Jawaban terbanyak adalah kendala dalam sinyal/jaringan internet. Jawaban terbanyak kedua adalah tidak paham dengan materi yang diajarkan dan kesulitan dalam mengerjakan tugas. Siswa yang tidak paham adalah siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan Zoom Meeting yang dilakukan guru untuk menjelaskan materi. Ada juga siswa yang mengeluhkan tentang tugas yang terlalu banyak. Sebanyak 15% tidak mengalami kendala berarti selama PJJ. Menurut mereka tidak ada hal yang tidak menyenangkan selama pelaksanaan PJJ. Namun tetap saja murid-murid menantikan bisa belajar kembali di sekolah.



Dari hasil angket kesepakatan kelas maka dibuatlah kesepakatan kelas yang akan diberlakukan mulai pembelajaran selanjutnya.



D.     Pembelajaran dari Aksi Nyata

Untuk selanjutnya, sebaiknya sebelum memulai pembelajaran hendaklah guru dan murid membuat kesepakatan kelas. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai. Tentu saja hal ini harus diikuti dengan adanya komitmen dari guru dan murid untuk melaksanakan kesepakatan kelas dengan penuh tanggung jawab.

E.      Rencana Perbaikan

Ada kesalahpahaman dalam pembuatan angkt. Opsi ‘Lainnya’ pada angket dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban lain dari murid. Namun, disebabkan kesalahan teknis, opsi tersebut tidak sesuai dengan tujuan semula.



Jumat, 20 November 2020

GEMA PEKAN LITERASI SMPN 2 TANJUNG MORAWA

November 20, 2020 0 Comments

 



 A.      Latar belakang

SMPN 2 Tanjung Morawa telah dikukuhkan menjadi sekolah berwawasan literasi. Namun pada pelaksanaannya, kegiatan literasi yang diprogramkan kurang berjalan maksimal. Kegiatan literasi masih terbatas pada kegiatan membaca. Siswa belum termotivasi untuk menulis dan menghasilkan karya sendiri.

B.      Deskripsi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata yang dilakukan berupa pelatihan menulis cerpen, puisi dan poster. Kegiatan yang dilaksanakan selama 5 hari ini diberi nama Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa. Kegiatan dilaksanakan mulai dari tanggal 09-13 Nopember 2020. Tiga orang guru Bahasa Indonesia didaulat menjadi narasumber pada pelatihan daring yang memanfaatkan aplikasi Zoom Meeting. Masing-masing narasumber memberikan materi yang berbeda, yakni cerpen, puisi dan poster. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan metode daring sebab Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah zona merah COVID-19.

Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar mengembangkan bakat menulis mereka dalam bentuk karya. Pelatihan dilakukan untuk menggali imajinasi dan potensi yang dimiliki siswa dalam menulis karya sastra. Dalam kegiatan ini siswa juga akan mampu mengidentifikasi kendala yang mereka hadapi dalam menulis. Kendala-kendala tersebut dibahas dan dipecahkan bersama.

 

C.      Hasil Aksi Nyata

Pada kegiatan hari pertama, jumlah peserta yang mengikuti kegiatan sebanyak 30 orang. Pada kegiatan hari kedua, jumlah peserta hanya 28 orang. Terjadi penundaan jadwal kegiatan yang sedianya dilaksanakan pukul 9 pagi menjadi pukul 2 sore. Hal ini disebabkan kegiatan pendampingan luring oleh Pendamping Guru Penggerak yang dijadwalkan pada pagi hari. Pada hari ketiga, jumlah peserta kegiatan meningkat menjadi 40 orang. Pada hari ke-empat, peserta yang hadir pada kegiatan tersebut berjumlah 43 orang. Kegiatan pada hari kelima dihadiri 35 peserta. Dikarenakan antusiasme para siswa maka kegiatan ditambah 1 hari lagi untuk materi pelatihan mempublikasikan karya dengan infografis dari aplikasi Canva. Kegiatan tambahan ini tidak lagi dilakukan melalui zoom meeting. Siswa melakukan praktik langsung di lab komputer sekolah. Untuk mengikuti protokol Kesehatan, maka kegiatan ini dilakukan dalam 2 sesi dengan jumlah peserta 15 siswa di sesi pertama dan 16 siswa di sesi kedua. Total jumlah siswa yang mengikuti kegiatan di lab komputer sebanyak 31 orang. Jumlah peserta memang dibatasi untuk memenuhi peraturan 50% dari kapasitas ruangan.

Produk hasil karya siswa dipublikasikan melalui akun media sosial masing-masing dengan menandai akun media sosial sekolah. Publikasi di blog masih ditangguhkan menunggu proses editing oleh narasumber.

D.     Pembelajaran dari Aksi Nyata

Dari sisi siswa, kegiatan ini dianggap menarik. Antusiasme siswa ni terlihat dari peningkatan jumlah peserta pada kegiatan. Hal menarik lain yang ditemukan adalah semakin tumbuhnya kepercayaan diri siswa untuk bertanya langsung pada Zoom Meeting. Pada awalnya jumlah siswa yang bertanya dan berkomentar langsung pada Zoom Meeting hanya 1-2 orang saja. Namun, di hari-hari berikutnya, jumlah penanya semakin banyak. Terlebih lagi di hari ketiga saat materi membuat poster. Siswa yang bertanya begitu banyak.

Masih dari sisi siswa yang notabene adalah generasi milenial yang begitu akrab dengan gawai (gadget), sebagian besar peserta tidak menemukan kendala dalam pemanfaatan Zoom Meeting.  Bahkan tak sedikit siswa yang menanyakan kapan kegiatan seperti itu akan dilakukan lagi.

Namun, ada sedikit kendala. Sebagian narasumber dan guru masih belum terbiasa dalam pemanfaatan Zoom Meeting. Jadi sebaiknya sosialisasi pemanfaatan Zoom Meeting dilakukan terlebih dahulu kepada rekan guru. Sejak pandemi, Zoom Meeting memang semakin sering dimanfaatkan untuk kegiatan yang melibatkan banyak orang. 

E.      Rencana Perbaikan

Untuk pelaksanaan di masa mendatang, perlu adanya sosialisasi tentang inovasi teknologi pada rekan-rekan guru, terutama inovasi yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini dipandang perlu untuk semakin mengembangkan kompetensi guru. Dengan demikian dampaknya akan sampai juga kepada murid. Murid-murid yang merupakan generasi milenial ini sangat antusias dengan hal-hal yang berbau teknologi.

F.       Dokumentasi Proses dan hasil Pelaksanaan

Sambutan Kepala Sekolah Pada Acara Pembukaan Kegiatan

Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa

 

 


Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Memberikan

Pengantar Materi Literasi

 


Kegiatan Hari Kedua dengan Materi Cerpen

Oleh Ibu Herlina Indrawaty, M.Pd

 


 

 

Narasumber Hari Ketiga Ibu Dra. Masanawati

Memaparkan Materi Puisi

 

 

 

Narasumber Kegiatan Hari Ke-empat

Ibu Arpah Nirja, S.Pd memberikan Materi Poster

 

 


Peserta Pada Kegiatan Hari Pertama Acara Pembukaan

Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa



Peserta Pada Kegiatan Hari Kedua Acara

Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa

 


Peserta Pada Kegiatan Hari Ketiga Acara

Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa

 

Siswa Semakin Percaya Diri Tampil Bertanya Pada Kegiatan Hari Ketiga

Acara Gema Pekan Literasi SMPN 2 Tanjung Morawa

 

 


Foto Bersama Peserta Sesi 2 Setelah Kegiatan Pelatihan Materi

Publikasi Karya dengan Aplikasi Canva

Kegiatan Pelatihan Materi

Publikasi Karya dengan Aplikasi canva

 

Foto Bersama Peserta Sesi 1 Setelah Kegiatan Pelatihan Materi
Publikasi Karya dengan Aplikasi Canva


BEBERAPA HASIL KARYA SISWA