Kamis, 27 Mei 2021

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA (Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak)

 




Sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, hal yang tak kalah penting untuk dikuasai adalah pengelolaan sumber daya sekolah. Guna mendapatkan hasil efektif dan efisien, perlu adanya perubahan pendekatan dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Selama ini kita lebih sering menggunakan pendekatan berbasis /kekurangan/masalah (Deficit-based Thinking). Dalam membuat program sekolah tak jarang kita berangkat dari kekurangan-kekurangan dan masalah yang akan dihadapi. Hal ini menyebabkan kita memusatkan perhatian pada apa yang kurang, apa yang mengganggu, apa yang tidak bekerja. Alhasil kita melihat segala sesuata dari sudut pandang negatif hingga tak melihat potensi dan kelebihan yang ada pada sekolah kita.

Akan lebih baik jika kita mulai menggunakan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) dalam memulai suatu program sekolah. Dengan pendekatan berbasis aset ini, kita diajak untuk mengidentifikasi potensi dan hal-hal positif yang ada di sekolah untuk dijadikan sumber daya dalam pengembangan sekolah.

Jika sekolah kita pandang sebagai suatu komunitas maka unsur biotik atau unsur hidupnya adalah murid, guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan karyawan lainnya. Sedangkan unsur abiotic atau unsur tak hidupnya adalah sumber finansial serta sarana dan prasarana. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dikenal juga dengan istilah Asset Based Community Development (ABCD), menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Sehingga komunitas tersebut, dalam hal ini komunitas sekolah, mampu mandiri dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki.

Dalam Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) terdapat 7 aset utama yang dapat dijadikan modal dan sumber daya dalam usaha untuk perbaikan komunitas sekolah tersebut:

  1. Modal Manusia, yakni sumber daya manusia yang menjadi aset individu yang ada di sekolah dan dapat juga berupa kecakapan yang dimiliki seseorang dalam hal kepemimpinan, komunikasi, kewirausahaan, dan lain-lain.
  2. Modal Sosial, yakni norma aatau peraturan yang mengikat yang mengatur perilaku warga di komunitas sekolah.
  3. Modal Fisik, yakni bangunan fisik sekolah serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
  4. Modal Lingkungan/Alam, yakni potensi alam yang belum diolah dan tanah untuk berkebun, hasil dari pohon,  serta sisa material bangunan yang masih dapat digunakan kembali.
  5. Modal Finansial, yakni sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiaya I suatu program pengembangan sekolah.
  6. Modal Politik, yakni keterlibatan sosial dan Lembaga pemerintah.
  7. Modal Agama dan Budaya, yakni modal yang menjadi landasan untuk mengintegrasikan perilaku individu dalam komunitas yang menghasilkan individu-individu yang bermoral, berempati dan berkasih sayang pada sesama.

Pendekatan berbasis aset dalam mengelola sumber daya yang ada di kelas misalnya mengubah posisi benda-benda yang ada di kelas agar kelas menjadi lebih menarik dan tidak monoton, memanfaatkan benda-benda yang mudah didapat untuk membuat dekorasi kelas, memanfaatkan bakat melukis siswa untuk membuat lukisan di dinding kelas. Implementasi pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset di lingkup sekolah juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kayu dari pohon yang ada di sekolah untuk bangku taman dan tanaman hias dengan menambahkan bunga artifisial, memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekolah untuk menanam tanaman hortikultura seperti sayuran, mentimun, tomat dan lain-lain, juga menanam tanaman hias serta tanaman obat. Sedangkan implementasinya di lingkup masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dalam hal ini murid dan guru dalam kegiatan kebersihan lingkungan masyarakat sekitar sekolah, membuat grafiti untuk memperindah kampung/daerah sekitar sekolah.

Pengelolaan sumber daya seperti pada contoh-contoh di atas akan menjadikan proses pembelajaran murid lebih bermakna dan berkualitas. Sebab murid juga berpartisipasi langsung dalam setiap kegiatan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang ada di sekolah dalam usaha untuk pengembangan sekolah. Murid semakin merasa ikut memiliki sekolah dan bukan hanya sekedar menjadi tempat melakukan rutinitas tanpa makna.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya harus terlebih dahulu mengubah paradigmanya tentang pendidikan. Bahwa pendidikan bertujuan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan murid di masa depannya kelak, menjadi dasar untuk melakukan pengembangan sekolah dengan mengelola sumber daya yang ada. Pratap Triloka juga menjadi dasar pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, di mana guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memposisikan dirinya pada posisi yang tepat sesuai kebutuhan.

Nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid harus benar-benar dipatrikan dalam diri pada pengelolaan sumber daya sekolah untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Nilai mandiri menjadi faktor penting dalam mengelola sumber daya dengan pendekatan berbasis aset agar tidak mudah putus asa dan terlalu mengharapkan bantuan dari luar. Nilai reflektif menjadi hal wajib agar mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan dari program pengelolaan sumber daya yang telah dilakukan. Nilai kolaborasi juga menjadi sangat penting sebab kita perlu berkolaborasi dengan pihak-pihak yang memliki aset bernilai agar program yang dibuat dalam terlaksana dengan optimal. Nilai inovatif juga menjadi nilai yang tak kalah penting guna menemukan hal-hal baru dalam pengelolaan sumber daya untuk pengembangan sekolah. Dan yang paling penting segala usaha yang dilakukan dalam pengelolaan sumber daya adalah untuk mencapai pembelajaran yang berpihak pada murid.

Kemampuan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya menjadi kompetensi yang mumpuni dalam menjalan misi guru penggerak untuk mencapai visi yang tujuan akhirnya adalah tercapainya merdeka belajar. Pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber daya dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah merupakan budaya positif yang akan menjadi jati diri setiap anggota komunitas sekolah.

Pengelolaan sumber daya dengan pendekatan berbasis aset juga bermanfaat saat melakukan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional serta kegiatan coaching yang bertujuan untuk menempa sumber daya manusia yang ada di sekolah untuk memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya. Bahan dan alat yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosianal dapat dimanfaatkan dari sumber daya yang ada.

Sebelum mempelajari modul 3.3 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, sering kali saya lebih memusatkan perhatian pada hal-hal yang kurang, apa yang tidak berjalan semestinya, lebih banyak perhatian pada siswa bermasalah. Akibatnya hal-hal positif yang ada selama proses pembelajaran menjadi tak tampak, siswa yang tak bermasalah menjadi terabaikan dan tak dimanfaatkan potensinya. Dalam usaha pengembangan sekolah saya sering kali pesimis sebab lebih focus ke hal-hal negative hingga menganggap usaha pengembangan menjadi hal yang sulit dilakukan.

Setelah mempelajari modul tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, saya menyadari bahwa yang saya lakukan selama ini perlu diubah. Dalam modul ini saya belajar pendekatan berbasis aset memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki sekolah dalam melakukan program sekolah sebagai usaha pengembangan sekolah. Saya memulai dengan mengidentifikasi 7 aset utama yang ada pada sekolah. Hasil identifikasi ini nantinya akan menjadi dasar perencanaan program yang memanfaatkan pengelolaan sumber daya, potensi dan kekuatan yang ada di sekolah. Melalui modul ini juga, saya mulai menjadikan hal-hal positif menjadi tumpuan berpikir dan berpikir kreatif dan inovatif untuk dapat membuat program pengembangan sekolah dengan memanfaatkan potensi/aset yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar